Langsung ke konten utama

Semangat Gotong Royong Angkringan Uyee
Oleh : Imam Syaiful Wicaksono

Perkembangan teknologi saat ini menghantarkan kemudahan-kemudahan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi disisi lain, berkat kemudahan itu menjadikan manusia lupa akan fitrahnya sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, mereka akan membutuhkan orang lain untuk kelangsungan hidupnnya. Akan tetapi semenjak adanya teknologi, perubahan perilaku masyarakat untuk hidup kolektif menjadi manusia yang hidup individualis. Salah satu akibatnya terjadi pada budaya gotong-royong yang saat ini mulai terkikis keberadaannya.
Semangat gotong royong merupakan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia yang mengutamakan semangat persatuan dan kebersamaan. Semangat inilah yang menghantarkan taman bacaan masyarakat (TBM) Angkringan Uyee berdiri dan tetap eksis ditengah-tengah masyarakat.
Menurut bahasa, Gotong royong berasal dari Bahasa jawa yang terdiri dari kata gotong yang artinya memikul dan royong berarti Bersama-sama. Secara istilah, gotong royong merupakan upaya bersama untuk memikul beban untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Bambang Suwondo (1981:1), gotong royong dapat diartikan dengan bekerjasama dalam menyelesaikan suatu kegiatan terntu yang menyangkut kegiatan bersama.
Semangat gotong royong dijadikan ruh TBM Angkringan Uyee untuk hadir ditengah-tengah masyarakat. Semangat untuk menumbuhkan minat baca masyarakat dengan bekerja secara bersama untuk menuntaskan kebodohan. Dalam perjalanan berdirinya Angkringan Uyee memang dilakukan secara bersama-sama. Pengadaan rak buku berupa gerobak angkringan di dapatkan dari kas pemuda dusun Ngangkruk yang telah lama tidak terpakai. Koleksi-koleksi buku menghiasi angkringan ini dari koleksi pribadi dan donator dari teman-teman. Selain itu, perpustakaan Desa Sardonoharjo juga turut meminjamkan sebagian bukunya agar koleksinya menjadi lebih lengkap. Antusiasme teman-teman dengan hadirnya angkringan buku ini juga sangat luar biasa. Diantara mereka ada yang menyumbangkan sebagian uangnya untuk biaya operasional, memberikan goresan tulisan tentang Angkringan Uyee agar dikenal dikalangan umum hingga dalam pendesain logo, banner dan promosi berupa video tentang Angkringan Uyee. Kesemuanya dilakukan dengan semangat gotong royong tanpa meminta imbalan sepeserpun. Mengingat perpustakaan ini merupakan sebuah kegiatan social, mereka melakukannya semata-mata untuk turut berpartisipasi agar angkringan uyee ini dapat bermanfaat di masyarakat sekitar. Saat ini koleksi buku yang berada di angkringan ini kurang lebih sebanyak 500 buku yang terdiri dari buku anak-anak, novel, biografi, ekonomi, politik dan berbagai jenis lainnya. Angkringan uyee juga menerima kerjasama untuk mengadakan setiap agenda yang berkaitan dengan membaca, diskusi dan menulis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kedai Uyee: Upaya Kemandirian Ekonomi TBM Angkringan Uyee

Tepat hari Kamis (19/12/2019), TBM Angkringan Uyee meluncurkan unit usaha bernama Kedai Uyee yang terletak di jalan Kaliurang km 13, Ngangkruk nomor 7. Kedai Uyee dibentuk sebagai upaya Uyee (sebutan untuk Angkringan Uyee) melakukan kemandirian ekonomi dalam menjalankan taman bacaan masyarakat. Usaha ini meliputi penjualan buku baru baik melalui media sosial (online) maupun secara langsung (offline) serta menjual berbagai macam minuman terutama kopi.   Imam selaku founder Uyee mengungkapkan bahwa Angkringan Uyee harus mandiri secara finansial agar tetap bertahan tanpa adanya ketergantungan. "Kedai Uyee hadir untuk menopang operasional angkringan uyee agar tidak bergantung pada donatur tertentu," tegasnya. Seperti yang kita ketahui, Uyee merupakan organisasi non profit yang tidak terikat oleh instansi manapun. Namun seiring berjalannya waktu, Uyee tidak mungkin hanya mengandalkan para donatur saja. Ia harus terus berjalan dan berkelanjutan, salah satunya harus se...

Prestasi Tinggi Tanpa Meninggalkan Organisasi

Sekapur sirih Sejatinya mahasiswa merantau jauh-jauh ke Jogja, tak lain dan tak bukan untuk menuntut ilmu. Mengemban amanah yang diberikan orang tuanya untuk belajar. Akan tetapi sungguh miris jika melihat fenomena yang terjadi saat ini. Pemaknaan arti kata "belajar" masih saja diartikan secara sempit oleh sebagian kalangan mahasiswa. Mereka menganggap bahwa pembelajaran itu dilakukan hanya di dalam kelas-kelas perkuliahan. Kelas yang ditutup oleh sekat-sekat dinding. Sehingga akan berimbas kepada pola pemikiran yang sempit. Padahal apabila kita maknai kata "belajar" secara luas, kita dapat mengartikan bahwa pergi jauh meninggalkan tanah kelahiran ke perantauan juga termasuk dalam pembelajaran hidup. Berorganisasi baik di dalam kampus maupun di luar kampus juga termasuk pembelajaran untuk meningkatkan softskill dan kepekaan sosial misalnya, tentu termasuk dalam pembelajaran. Pembelajaran merupakan sebuah proses. Proses dimana akan membawa pola pikir kita lebi...
Haloo sobat Uyee! Uyee mau menawarkan program baru nih. Namanya “Tumbas Buku”. Apa itu Tumbas buku? Tumbas berasal dari Bahasa jawa yang artinya beli. Jadi program ini sama halnya dengan membeli buku. Siapa Tumbas buku? Target utama kita anak-anak. Mengajak sedini mungkin biar dekat sama buku. Mengapa Tumbas buku? Selama ini banyak anak yang pergi ke toko buku sama orang tuanya hanya beli alat tulis aja, kalo ada tambahan paling-paling beli buku paket pelajaran. Itupun biasanya waktu-waktu menginjak semester baru. Program ini bertujuan untuk memberikan kebebasan anak untuk membeli dan membaca buku yang mereka suka! Dari situ harapanya anak akan mulai senang dengan aktivitas membaca dari buku yang mereka suka tadi. Selain itu, program ini bagian dari edukasi memberikan stimulus anak agar mau menyisihkan uangnya untuk membeli buku. Simple sih, ngajakin anak jalan-jalan ke toko buku. Tapi Uyee yakin deh, hal kecil yang dilakukan kita boleh jadi sangat berke...