Langsung ke konten utama
Visi
Menumbuhkan minat baca masyarakat yang berbudaya

Misi
1. Mencetak volunteer berkualitas, kreatif dan inovatif
2. Sebagai wadah kegiatan belajar masyarakat yang nyaman dan menyenangkan
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat (stakeholder) dalam pengelolaan TBM
4. Meningkatkan sarana dan prasarana TBM

Tagline: Bahagia Suka Baca

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taman Bacaan Masyarakat  “Angkringan Uyee”  Oleh : Imam Syaiful Wicaksono  (Founder Angkringan Uyee)          Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Angkringan Uyee merupakan sebuah perpustakaan  dengan konsep gerobak angkringan sebagai pengganti rak buku untuk tempat penyimpanannya.  TBM ini terletak di dusun Ngangkruk RT 05 RW 15, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. TBM Angkringan Uyee diresmikan pada hari Minggu, 18 Februari 2018 yang dihadiri oleh anak-anak  dan beberapa orang tua dengan antusiasme yang cukup tinggi. Sejarah berdirinya Angkringan Uyee berawal dari keprihatinan melihat masyarakat  Indonesia yang memiliki tingkat minat baca yang masih rendah, tak terkecuali masyarakat yang   berada di dusun Ngangkruk dan sekitarnya. Sedangkan perpustakaan dengan konsep angkringan  ini bermula dari memanfaatkan gerobak angkringan milik kas karang taruna Persatuan Pemuda  Pemudi Dusun Ngangkruk (PEPPENK) yang sudah lama tidak terpakai.  Jika kita memaknai secara

Mengenal Angkriangan Uyee Taman Baca di Utara Yogyakarta

Di tengah pembangunan hotel, kafe, dan sarana hiburan lain yang semakin gencar di Yogyakarta, ada banyak cara untuk tetap menjaga nuansa kota ini sebagai Kota Pendidikan. Salah satunya adalah dengan merintis kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat baca, seperti yang dilakukan Imam Syaiful (22) di utara Yogyakarta. Pria yang berkuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) merintis Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Angkringan Uyee pada 18 Februari 2018 lalu. Terletak di dusun Ngangkruk, desa Sardonoharjo, kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman. Konsep yang digunakan Iman menggunakan gerobak angkringan bekas usaha berjualan milik pemuda-pemudi dusun Ngangruk, sehingga nuansa komunal sangat lekat dengan TBM ini. “Jika kita memaknai secaraarti, ‘angkringan’ berasal dari Bahasa Jawa ‘angkring’ atau ‘nangkring’ yang artinya duduk santai. Sehingga harapannya dengan angkringan ini, masyarakat lebih senang duduk-duduk santai sambil membaca di sini,” katanya. Perintisan ini didasari kei