Langsung ke konten utama
            Tentukan Suaramu
Oleh: Imam Syaiful W

             Sudah punya pandangan politik buat 17 April nanti? 
       Sungguh miris memang ketika banyak disekeliling kita sampai detik ini masih belum punya pandangan politik buat pemilu yang sebentar lagi kita lakukan. Tapi tenang, semoga dengan membaca tulisan ini yang sudah punya pilihan menjadi lebih mantap dalam memilih, bisa menjadi bahan pertimbangan juga perenungan. Atau minimal jadi punya pandangan memilih bagi yang belum punya referensi sama sekali. Oiya, perlu diingat jika pemilu tahun ini dilakukan secara serentak ya! Jadi tidak hanya focus pada pemilihan presiden aja, tapi juga DPRD Kabupaten, DPRD provinsi, DPR RI dan juga DPD RI. Cekidot!
Hasil gambar untuk pemilu 17 april
            Sejatinya manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Oleh karenanya sudah sepantasnya kita ikut terlibat memilih pemimpin kita sebagai nahkoda bangsa ini. Ada hadist yang mengatakan “JIka ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang diantara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah). So, tidak ada alasan lagi untuk memilih bukan? Apa masih kurang kuat??
            Selain sebagai agama, islam juga menjadi pedoman hidup manusia. Menyeluruh, tanpa terkecuali. Termasuk pada politik itu sendiri. Kebalikannya, apabila memisahkan negara dengan agama itulah yang kita sebut dengan sekuler. M. Natsir pernah mengatakan “ Islam beribadah, akan dibiarkan. Islam berekonomi, akan diawasi. Islam berpolitik, akan dicabut seakar-akarnya.” Tentu sebegitu mengancam musuh islam apabila umatnya melek terhadap politik.
            Adapun apabila masih bingung dalam memilih seorang pemimpin, aku punya beberapa hal yang bisa menjadi bahan pertimbangan kita semua.
            Kaidah pertama: apabila kita dihadapkan dengan dua orang pemimpin yang baik, maka pilihlah pemimpin yang (paling) baik diantara yang baik.
            Kaidah kedua: ketika ada dua mudharat (keburukan) yang tidak bisa dihindari. Maka pilihlah mudharatnya yang paling sedikit.
            Buat kita semua yang mulai pesimis dengan para calon pemimpin kita yang banyak kurang amanah dan korup (misalnya), maka bukan pilihan tepat untuk tidak memilih sama sekali. Dalam hal ini kaidah kedua bisa kita pakai. Misalnya jika kita dihadapkan oleh partai yang korup, maka pilihlah partai yang sedikit korupsinya. Memang tidak bisa dibenarkan. Akan tetapi, sekali lagi tidak memilih bukan suatu pilihan yang tepat.
            Nah, perlu kita waspadai juga dengan ampau-ampau yang mulai berkeliaran. Jangan sampai lah ya suara kita dijual hanya demi sesuap nasi. Hati nuranimu lebih berharga, bahkan tak bisa dibeli pakai ampau-ampau itu hehe
            “Laknat Allah kepada pemberi suap dan penerima suap”. (HR Ahmad)
            Ini kita juga sering terlena, ambil uangnya jangan pilih orangnya juga sama sekali tidak dibenarkan. Baik penerima maupun pemberi suap juga akan mendapatkan dosa. Boleh jadi ketika mereka terpilih, yang pertama dilakukan bagaimana balik modal, bukan memikirkan rakyat sebagaimana mestinya. Pun seandainya kita memiliki satu doa yang mustajab, maka sebaiknya kita tujukan kepada pemimpin kita. Mengapa? Karena kalo kita tujukan pada diri kita saja, maka itu hanya bermanfaat untuk diri kita. Tapi kalo kita tujukan kepada pemimpin kita, maka kebermanfaatan itu ada pada pemimpin dan orang-orang yang mereka pimpin.
            Jadi, kalo masih ada aja “serangan fajar”, ayo kita foto dan viralkan ke media yang kalian punya. Bisa Facebook, Instagram, whatsapp, twitter dan lain sebagainya. Apapun partainya ya! Baik yang ngaku partai agamis, nasionalis, pancasilais sekalipun. Mari kita kawal pemilu ini agar dapat berjalan lancer tanpa suatu kecurangan. Beda pilihan silahkan, siapapun pemimpinnya tentu kita doakan yang terbaik. Dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang disekitar kita.
            Jadilah pemilih yang cerdas dan mencerdaskan!
            Dan yang paling penting, sesuai hati nuranimu~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Visi Menumbuhkan minat baca masyarakat yang berbudaya Misi 1. Mencetak volunteer berkualitas, kreatif dan inovatif 2. Sebagai wadah kegiatan belajar masyarakat yang nyaman dan menyenangkan 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat ( stakeholder ) dalam pengelolaan TBM 4. Meningkatkan sarana dan prasarana TBM Tagline : Bahagia Suka Baca
Taman Bacaan Masyarakat  “Angkringan Uyee”  Oleh : Imam Syaiful Wicaksono  (Founder Angkringan Uyee)          Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Angkringan Uyee merupakan sebuah perpustakaan  dengan konsep gerobak angkringan sebagai pengganti rak buku untuk tempat penyimpanannya.  TBM ini terletak di dusun Ngangkruk RT 05 RW 15, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. TBM Angkringan Uyee diresmikan pada hari Minggu, 18 Februari 2018 yang dihadiri oleh anak-anak  dan beberapa orang tua dengan antusiasme yang cukup tinggi. Sejarah berdirinya Angkringan Uyee berawal dari keprihatinan melihat masyarakat  Indonesia yang memiliki tingkat minat baca yang masih rendah, tak terkecuali masyarakat yang   berada di dusun Ngangkruk dan sekitarnya. Sedangkan perpustakaan dengan konsep angkringan  ini bermula dari memanfaatkan gerobak angkringan milik kas karang taruna Persatuan Pemuda  Pemudi Dusun Ngangkruk (PEPPENK) yang sudah lama tidak terpakai.  Jika kita memaknai secara

Mengenal Angkriangan Uyee Taman Baca di Utara Yogyakarta

Di tengah pembangunan hotel, kafe, dan sarana hiburan lain yang semakin gencar di Yogyakarta, ada banyak cara untuk tetap menjaga nuansa kota ini sebagai Kota Pendidikan. Salah satunya adalah dengan merintis kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat baca, seperti yang dilakukan Imam Syaiful (22) di utara Yogyakarta. Pria yang berkuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) merintis Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Angkringan Uyee pada 18 Februari 2018 lalu. Terletak di dusun Ngangkruk, desa Sardonoharjo, kecamatan Ngaglik, kabupaten Sleman. Konsep yang digunakan Iman menggunakan gerobak angkringan bekas usaha berjualan milik pemuda-pemudi dusun Ngangruk, sehingga nuansa komunal sangat lekat dengan TBM ini. “Jika kita memaknai secaraarti, ‘angkringan’ berasal dari Bahasa Jawa ‘angkring’ atau ‘nangkring’ yang artinya duduk santai. Sehingga harapannya dengan angkringan ini, masyarakat lebih senang duduk-duduk santai sambil membaca di sini,” katanya. Perintisan ini didasari kei